word for world

Terulang lagi masa kosong ketiga dari wajib Belajar 12 Tahun ku. Yang Pertama 2007, gak ada kesan mendalam karena ini 'cuma' lulus SD dan aku harus pergi jauh tanpa ikut tes rayon di kotaku -- Palembang. Aku biasa aja. Yang Kedua 2010, ini agak aneh rasanya, karena itu pertama kalinya aku suka orang. Aku merasakan persahabatan dan gimana asyiknya bisa kumpul bareng-bareng terus. Keputusan awal aku bakal pergi jauh lagi. Kali ini tujuanku Serpong dengan alih-alih sekolah Beasiswa alias gratis. In the fact, aku gagal seleksi dan kembali ke Darul Ulum tempat mondokku 3 tahun sebelumnya. Tidak banyak yang tersisa dari kenangan MTs ku, karena aku memilih sekolah yang notabene anaknya baru semua bagiku. Tidak ada teman satu MTs yang perempuan, hanya ada 5 anak laki-laki yang salah satunya aku sukai saat MTs. *back to Top Yang Ketiga 2013, aku sudah berfeeling sejak kelas XI akhir, kalo aku dengan mereka sebegini dekatnya bagaimana bila kami berpisah nanti? Tapi, itu hanya sekleb

Orangtuaku adalah orangtua klasik, yang menurutku saat ini sulit ditemukan. Abi adalah tipikal yang setiap pagi membaca koran, sambil ditemani secangkir teh atau kopi handmade dari Umi.  Umi adalah tipikal ibu yang selalu bangun pagi untuk menyiapkan keluarganya di pagi hari. Beliau sering kali lupa sarapan dan makan pagi yang di jama'  dengan makan siang. Hal itu, semata-mata karena beliau menyelesaikan urusan rumah dan belanja sendiri. Aku?  Sosok pemalas, yang setiap ba'da subuh tetap mengantuk dan tidur lagi. Tapi, dipaksa bangun karena keadaan.Termasuk tempat berkeluh-kesah umi saat tidak ada orang dirumah selain kami berdua.   Dan diam-diam mengamati orang rumah.  Serta, menjadi *tukang pijat * yang siap dipanggil untuk mereka berdua. Walau terkadang setengah hati tapi aku sadar kalo aku bisa tumbuh sampai sekarang berkat mereka berdua,apa salahnya memijat 15-20 menit saja . Sedang mereka merawat dan membiayai selama lebih dari 18 tahun!